Senin, 16 Januari 2017

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN BERCAKAP

  Latar Belakang
         Bahasa adalah alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan. Pembelajaran bahasa yang meliputi empat keterampilan yaitu: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis, merupakan  keterampilan pokok yang dapat menunjang seseorang dalam berbagai sektor kehidupan. Dalam pembelajaran bahasa, peserta didik diharuskan memiliki keterampilan berbicara yang pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain[1]. Maka demi terciptanya komunikasi yang baik dalam lingkungan sekolah, sosial, dan lain-lain, dalam pembelajaran bahasa terutama Bahasa Arab, guru memberikan teknik-teknik untuk pembelajaran keterampilan berbicara. Sehingga setidaknya, dengan teknik-teknik pembelajaran yang diberikan guru tersebut, peserta didik dapat menerapkan keterampilan tersebut dalam ruang lingkup kecil seperti kelas contohnya.

A.           Urgensi Pembelajaran Berbicara (Maharah al-Kalam)
Manusia adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan paling penting dalam tindakan sosial adalah berkomunikasi. Komunikasi merupakan media untuk mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan.
Maharah al-Kalam secara bahasa sepadan dengan istilah speaking skill dalam bahasa Inggris yang bisa diartikan sebagai keterampilan berbicara. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Selain itu juga, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Oleh karena itu, keterampilan berbicara (Maharah al-Kalam) adalah kemampuan seseorang untuk mengucapkan artikulasi bunyi-bunyi Arab (ashwath ‘arabiyyah) atau kata-kata dengan aturan-aturan kebahasaan (qawa’id nahwiyyah wa sharfiyyah) tertentu untuk menyampaikan ide-ide dan perasaan. Karena itu pengajaran bahasa Arab bagi non-Arab pada tahap awal bertujuan, antara lain, agar siswa dapat mengucapkan bunyi-bunyi Arab dengan benar (khususnya yang tidak ada padanannya pada bahasa lain) dan dengan intonasi yang tepat, bisa melafalkan bunyi-bunyi huruf yang berdekatan, bisa membedakan pengucapan harakat panjang dan pendek, mampu mengungkapkan ide dengan kalimat lengkap dalam berbagai kondisi, mampu berbicara dengan kalimat sederhana dengan nada dan intonasi yang sesuai, bisa berbicara dalam situasi formal dengan rangkaian kalimat yang sederhana dan pendek, serta mampu berbicara dengan lancar seputar topik-topik yang umum[2].
Adapun beberapa prinsip umum atau faktor yang mendasari kegiatan berbicara[3], antara lain:
a)      Membutuhkan paling sedikit dua orang, seorang pembicara dan pendengar.
b)      Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
c)      Adanya penerimaan atau pengakuan atas suatu wilayah referensi umum.
d)      Merupakan suatu pertukaran antara pertisipan.
e)       Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
f)       Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
g)        Melibatkan organ atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/ bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory appartus).
h)      Tidak pandang bulu menghadapi dan memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil dalam pelambangan dengan bunyi.

            Seseorang berbicara karena adanya dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan atau untuk mengungkapkan apa yang ada dalam dirinya kepada orang lain. Maka untuk itu, seseorang harus memiliki empat kompetensi dasar[4] berikut:
1)      Kompetensi gramatikal atau kompetensi linguistik.
2)      Kompetensi sosiolinguistik.
3)      Kompetensi wacana.
4)      Kompetensi strategi.

B.                Hakikat Bercakap
            Bercakap merupakan suatu bentuk komunikasi lisan antara satu dengan yang lain. Dalam suatu percakapan dimungkinkan adanya unsur dialog, tanya jawab atau pemberian informasi. Pengertahuan yang kita miliki dapat diperkuat melalui bercakap. Pada saat bercakap kita belajar bagaimana bahasa digunakan untuk menyimpulkan pesan.
Bercakap adalah bagian dari kecakapan bahasa yang bersifat eksperesif karena kita diminta untuk menggunakan simbol-simbol bahasa dalam berkomunikasi.

C.      Tujuan Pembelajaran Bercakap
1.      Mengawali Percakapan
2.      Menumbuhkembangkan perbendaharaan kebahasaan
3.      Mendayagunakan pengetahuan kebahasaannya ( kosakata dan struktur )
4.       Bersikap kreatif dan inovatif dalam memilih respon yang sesuai konteks lingkungannya
5.      Memahami konsep – konsep komunikasi dan menerapkannya secara efektif dengan penutur asli bahasa Arab
6.      Memahami aspek-aspek psikologis percakapan

D.                    Perbedaan Bercakap dengan Tanya-Jawab
Di bawah ini adalah perbedaan bercakap dan tanya jawab, yaitu:[5]

Bercakap
Tanya-jawab
·         Topik tidak terbatas

·         Banyak sekali alternatif bentuk bahasa yang dapat digunakan sehingga tidak dapat diramalkan sebelumnya
·         Unsur-unsur paralinguistik (misalnya. Mimik, gestur) kadang dianggap cukup untuk memahami makna
·          Siswa mempelajari bentuk-bentuk bahasa dalam konteks
·         Siswa mencontoh bagaimana guru menggunakan bahasa dalam berbagai aspeknya yang meliputi: tekanan, intonasi, jeda, dan kecepatan normal.
·         Topik terbatas (misalkan. Mengenai isi bacaan)
·         Bentuk bahasa yang digunakan hampir selalu sama

·         Makna disampaikan melalui bentuk verbal bahasa

·         Bentuk bahasa yang digunakan sering terlepas dari konteks

·         Kurang memperdulikan aspek-aspek suprasegmental bahasa



E.     Langkah-Langkah Pembelajaran Keterampilan Bercakap
v  Mula – mula, Diberikan pengantar atau ilustrasi singkat mengenai mengenai topik yang akan didialogkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan relevan dengan topik. Pengantar ini diikuti dengan langkah-langkah berikut.
vPertama, Siswa mendengarkan materi hiwar melalui taape recorder dengan penuh perhatian; sementara itu buku mereka ditutup, agar perhatian mereka sepenuhnya terkonsentrasi pada bunyi dialog yang didengarkan.
v Kedua, Pengulangan istima’ (mendengarkan) sambil memahami isi hiwar dengan melihat gambar yang tertera dalam buku. Tulisan hiwar dalam hal ini masih belum boleh dilihat.
v Ketiga, Pengulangan mendengar dengan dibarengi peniruan secara kolektif (bersama-sama).
vKeempat, pengulangan mendengarkan sekali lagi dengan diikuti peniruan secara berkelompok tertentu lalu secara individual.
vKelima, Pembacan teks hiwar (buku dibuka) oleh semua siswa, kelompok atau oleh individu-individu.
vKeenam, Sebagian siswa secara berpasang-pasangan diminta untuk melakukan dramatisasi dan bermain peranan sesuai dengan teks hiwar.
vSetelah isi hiwar dipahami, barulah ditindaklanjuti dengan bahasan berikutnya; tadribat, qawaid, qira’ah, insya’, dan sebagainya.[6]

F.    Pendekatan Dalam Pembelajaran Keterampilan Bercakap
            Macam-Macam Pendekatan Berikut adalah paparan tentang macam-macam  pendekatan, diantaranya adalah :
a.    Pendekatan Humanistik (Humanistic Approach) Pendekatan ini memberi tempat yang utama pada peserta didik karena mereka adalah subjek utama dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini berasumsi bahwa peserta didik memiliki potensi, kekuatan, dan kemampuan untuk berkembang serta memiliki kebutuhan emosional, spiritual, dan intelektual yang harus diperhatikan. Penyampaian materi tidak dijadikan sebagai suatu yang menekan, membebani, melainkan bagaimana penguasaan bahasa menjadi kebutuhan peserta didik sebagaimana kebutuhan lainnya. Langkah pertama untuk merealisasikan tujuan hal itu adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bercakap tentang diri dan perasaannya serta bergantian mengungkapkan berbagai hal mengenai diri mereka. Proses ini bisa memenuhi kebutuhan pembelajar untuk aktualisasi diri.
b.      Pendekatan Teknik (Media-Based Approach) Pendekatan yang didasarkan pada pemanfaatan media pembelajaran dan teknik-teknik pendidikan. Pendekatan ini berpendapat bahwa media dan teknik pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan pengalaman belajar serta bisa mengubah pengalaman belajar menjadi pengalaman yang nyata (terindra). Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan cara untuk menjelaskan materi – materi dengan menggunakan gambar-gambar, peta, lukisan, menghadirkan contoh yang nyata, kartun dan lain sebagainya yang sekiranya dapat membantu memahamkan siswa tentang pesan-pesan kata bahasa asing.
c.       Pendekatan Mendengar-Mengucapkan (Aural Oral Approach) Pendekatan ini mengandaikan bahwa bahasa adalah apa yang didengar dan diucapkan, bukan simbol. Sedangkan tulisan hanyalah representasi dari ujaran. Dari asumsi ini dapat dikatakan bahwa bahasa adalah ujaran. Pembelajaran bahasa harus dimulai dengan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang berbentuk kata dan kalimat. Jadi pendidik meminta peserta didiknya menirukan pelafalan kata/kalimat untuk dihafal, sebelum membaca dan menulis diajarkan. Asumsi lain dari pendekatan ini bahwa bahasa adalah kebiasaan. Suatu prilaku akan menjadi kebiasaan apabila diulang berkali-kali. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan aural oral approach ini menuntut adanya kegiatan pembelajaran bahasa yang dilakukan dengan teknik pengulangan atau repetisi.
d.      Pendekatan Komunikatif (Communicative approach) Pendekatan yang menitikberatkan pengajaran bahasa secara konunikatif artinya pengajaran yang dilandasi oleh teori komunikatif atau fungsi bahasa. Tujuan pengajaran bahasa dalam pendekatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan komunikatif serta prosedur pengajaran ketrampilan berbahasa yang saling memiliki ketergantungan antara bahasa dan komunikasi. Menurut Hymes, terdapat empat faktor yang menjadi pembangun dan menjadi ciri penanda kompetensi komunikatif ini, yaitu kegramatikalan (penguasaan tata bahasa secara baik), keberterimaan (saling dapat dipahami dan memahami), ketepatan (konteks dengan situasi yang berkembang), dan keterlaksanaan (praktik yang dilakukan secara terus-menerus). Tujuan pengajaran bahasa adalah untuk menolong pembelajar mencapai kemampuan komunikatif.





DAFTAR PUSTAKA

Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyuddin. 2011. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Tangerang.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung.






[1] Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd. dan Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung. Tahun: 2008. Hal: 241
[2] Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA dan Erta Mahyuddin, Lc., S.S., M.Pd.I. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab. Tangerang. Tahun: 2011.  Hal: 129.
[3] Ibid. 130.
[4] Ibid. 130.                                                                               
[5] Ibid. 133
[6] Ibid. 143.

1 komentar:

  1. 1xbet korean sportsbook - LegalBet
    1xbet korean sportsbook - All rights reserved. All bets หารายได้เสริม are parimatch, with febcasino the most popular and trustworthy online betting sites in 1xbet korean the world.

    BalasHapus